Siapa yang tidak berdecak kagum menyaksikan kebolehan anak-anak berbakat di televisi atau di mana pun. Yang lebih mencengangkan, jika talenta mereka ternyata tidak hanya satu. Ada yang jago main piano, menyanyi, sekaligus menguasai beberapa bahasa. Ada yang pintar menulis, bahkan sudah menerbitkan sebuah novel dan masih dikaruniai anugerah suara merdu serta kemahiran bermain piano. Wahharus bagaimana jika ternyata di rumah, buah hati kita juga menunjukkan kemampuan dan minat lebih dari satu?
MARI MENGENAL SI MULTITALENTA KETAHUILAH,
Bu-Pak, anak multitalenta menguasai beberapa bakat di beberapa bidang sekaligus, dan semuanya berkembang dengan luar biasa. Dalam sebuah literatur disebutkan bahwa bakat anak dapat dikelompokkan dalam 2 bagian besar, yaitu:
* Bakat Akademis
Bakat akademis pun dibagi lagi menjadi 2, yakni bakat akademis secara umum dan khusus. Anak yang mempunyai bakat akademis secara umum adalah anak yang menguasai hampir seluruh mata pelajaran dengan hasil maksimal. Sedangkan anak dengan bakat akademis khusus adalah anak yang hanya menguasai beberapa mata pelajaran saja. Misalnya ada anak yang berbakat di bidang matematika atau IPA, sedangkan mata pelajaran lainnya biasa-biasa saja.
* Bakat khusus
Yang dimaksud dengan bakat khusus adalah kelebihan yang dimiliki anak di bidang selain kemampuan akademis. Misalnya seni rupa, seni musik, seni suara, kemampuan berbahasa, olahraga dan sebagainya.
Tidak gampang memang melabeli anak dengan sebutan multitalenta. Apa saja cirinya? Simak saja penuturan Felicia Irene, M.Psi., dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI).
- Mempunyai bakat lebih dari satu, baik di bidang akademis dan bidang khusus ataupun beberapa bidang khusus sekaligus.
- Umumnya mempunyai tingkat kecerdasan superior.
Dengan tingkat kecerdasan seperti itu, anak dengan mudah mempelajari beberapa bidang sekaligus secara cepat. Daya tangkap mereka memang luar biasa.
- Memiliki minat yang luas. Tidak cukup mempelajari satu-dua bidang saja, karena anak multitalenta tidak pernah puas dengan apa yang sudah dikuasainya.
Selain mereka, anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan keahlian tertentu besar kemungkinan dianugerahi multitalenta. Misalnya anak yang dibesarkan oleh keluarga pemusik biasanya akan menguasai beberapa alat musik sekaligus dan bisa menyanyi dengan baik. Oleh karena seni terkait dengan olahrasa, maka biasanya anak ini pun peka terhadap keindahan, dan bukan tidak mungkin kepekaan ini menuntunnya untuk bisa melukis, mampu mencipta puisi, dan sebagainya.
MENDAMPINGI SI MULTITALENTA
Untuk anak-anak usia 6-12 tahun sebaiknya semua talenta yang ada difasilitasi. "Mengikutkan anak pada kursus sesuai bakatnya atau membelikan barang-barang yang menunjang bakatnya bisa dilakukan," saran Felicia.
Caranya ajak anak bicara tentang apa yang diinginkannya. Jangan lupa, memfasilitasi tidak sama dengan memaksa anak melakukan ini-itu dan memberinya target tertentu supaya terus berprestasi. "Memfasilitasi sekadar mempermudah jalan yang dilalui anak untuk mengembangkan bakatnya tersebut," perincinya.
* Coba perhatikan perkembangannya, apakah anak merasa enjoy dengan kegiatan barunya di sekolah atau tempat kursus? Dari situ orang tua bisa mengukur seberapa besar bakat anak di bidang yang sedang ditekuninya. "Anak-anak berbakat biasanya lebih cepat menguasai semua yang diajarkan."
* Kembangkan saja semua bakat yang dimiliki anak. Itu lebih baik daripada memilihkan salah satunya dengan maksud agar ditekuni secara maksimal. "Biar saja anak usia ini merasakan semuanya dulu. Setelah remaja, dengan sendirinya dia akan memilih satu atau dua yang dirasa paling pas dengan jiwanya," saran Felicia.
Namun, bukan berarti orang tua boleh mengkursuskan anaknya ke mana saja tanpa melalui pertimbangan. Satu hal yang tak bisa dipungkiri adalah biaya kursus ini-itu yang tidak murah.
Lalu bagaimana seandainya kondisi keuangan orang tua terbatas? Saran Felicia, "Manfaatkan saja tawaran kunjungan yang belakangan banyak ditawarkan tempat-tempat kursus. Undangan semacam ini biasanya gratis, sehingga orang tua bisa mengamati terlebih dahulu benarkah anaknya berbakat di bidang tersebut atau sekadar ingin tahu saja."
* Perhatikan, apakah selama 3 bulan ikut kursus tertentu anak menunjukkan kemajuan yang pesat? Atau justru sebaliknya, setiap tiba waktunya kursus, ia harus selalu dibujuk-bujuk dulu supaya mau berangkat. Seiring dengan berjalannya waktu, mana yang benar-benar bakat dan mana yang bukan akan terlihat jelas, kok.
* Ajaklah anak menyaksikan atraksi atau kompetisi yang sesuai dengan minatnya.
* Kalau ada kesempatan, tak ada salahnya menjajal kemampuan anak dengan mengikutkannya ke berbagai ajang perlombaan. Namun, pastikan bukan kemenangan yang menjadi target. Pengalaman bertemu anak-anak lain yang punya bakat dan minat sama adalah yang lebih penting.
* Orang tua harus terus mengamati perkembangan bakat anak dan objektif dalam memberi penilaian.
* Bantu anak menekuni bidang yang diminatinya dengan memberikan dukungan.
* Jangan bandingkan bakat anak dengan anak lain.
AGAR TAK JADI BUMERANG
BILA anak benar-benar dikaruniai multitalenta, selanjutnya orang tua harus lebih berhati-hati menentukan langkah. Biasanya anak-anak multitalenta ini "disorot" oleh lingkungan karena kelebihannya. Entah itu sering dipuji guru, kerap dijadikan contoh, tampil di berbagai acara, dan sebagainya. Alangkah tidak baik jika segala puja-puji tersebut malah menjadi bumerang bagi anak. Pujian memang tetap perlu diberikan, tapi sesuaikan dengan proporsinya.
Jangan sampai anugerah berupa multitalenta membuatnya jadi anak sombong, haus akan perhatian, kena sindrom selebriti, senang pamer kemampuan, dan sebagainya. Supaya hal ini tidak terjadi, Felicia menyarankan, ada baiknya seorang anak dengan multitalenta bertemu anak lain yang punya kelebihan kurang lebih sama. Tujuannya agar ia tahu rasanya menjadi nomor dua, sekaligus menyadarkan bahwa ada juga orang lain yang jauh lebih hebat darinya.
Orang tua pun harus selalu mengingatkan anak bahwa bakat yang dimilikinya adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri. Kelebihan tersebut tidak boleh membuatnya lupa diri, melainkan harus bisa memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
Positifnya, di usia ini anak sedang memasuki tahapan industry-inferiority dimana ia sudah termotivasi untuk berprestasi dan menguasai salah satu keterampilan yang kelak berguna bagi hidupnya. Anak yang memiliki multitalenta sudah punya modal cukup kuat sehingga harga diri dan rasa percaya dirinya pun kelak akan berkembang secara positif.
BERBAKAT VS TEKUN
PENEMU teori relativitas, Albert Einstein mengatakan bahwa pada akhirnya bakat hanya akan berperan 1%, sedangkan sisanya adalah kerja keras. Fenomena anak multitalenta ini pun tak lepas dari pendapat tersebut. Adakalanya bakat yang dimiliki tidak terlalu dominan, tetapi karena si anak tekun maka semua yang dipelajarinya bisa membuahkan hasil.
Pada anak usia 6-12 tahun, tukas Felicia, beda antara talenta dengan tekun memang tipis sekali. "Di usia ini jargon practice make perfect justru sangat kuat. Apakah anak yang berbakat dengan anak yang tekun menghasilkan permainan piano yang berbeda? Tentu saja tidak," kata Felicia.
Yang terlihat berbeda justru pada prosesnya. Anak yang berbakat tidak perlu berlatih sekeras anak yang tekun untuk mencapai hasil yang sama.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang menguasai beberapa bidang tetapi kemampuannya serbatanggung? Misalnya, ada anak yang bisa menyanyi sedikit, main piano sedikit, dan menggambar sedikit, apakah ia memiliki multitalenta?
"Tentu saja tidak. Kemampuan yang serbasedikit belum bisa dijadikan modal untuk sebutan multitalenta," kata Felicia. Kemampuan yang dimiliki anak multitalenta haruslah terlihat menonjol dibanding usianya atau anak-anak lain pada umumnya.
Kembangkan bakatmu!!!
Semoga bermanfaat… Amin…
0 komentar:
Posting Komentar